Sabtu, 02 Mei 2009

Pendidikan Tinggi dan Globalisasi

Globalisasi membawa dampak luas pada berbagai bidang kehidupan, mulai dari ekonomi, politik, budaya, sampai pendidikan tinggi. Globalisasi dan pendidikan tinggi lalu menjadi isu penting dalam wacana publik, merujuk empat hal pokok.
Pertama, globalisasi merupakan gejala mondial yang ditandai aktivitas bisnis dan perdagangan antarnegara yang kian intensif. Kedua, globalisasi memicu knowledge-driven economy, yang mensyaratkan tenaga-tenaga profesional dan berketerampilan tinggi, untuk bekerja di sektor industri, bisnis, dan jasa.

Ketiga, globalisasi ekonomi mendorong kompetisi antarbangsa, yang menuntut
setiap negara memiliki daya saing kuat. Keempat, daya saing bangsa dapat
dibangun dengan baik bila ditopang perguruan tinggi (PT) yang bagus dan kuat,
yang mampu melahirkan orang terdidik, mahir, dan berkeahlian.
Dalam konteks globalisasi, pendidikan tinggi memainkan peran sentral
dalam membangun masyarakat berpengetahuan, tercermin pada munculnya lapisan
kelas menengah terdidik dan kaum profesional yang menjadi kekuatan penentu
kemajuan ekonomi. Mereka merupakan elemen pokok dalam menyokong ekonomi
berbasis pengetahuan.
Ilmu pengetahuan menjadi investasi modal yang amat penting, sekaligus
faktor determinan dalam proses produksi. Sebab, aktivitas ekonomi lebih
bersifat padat pengetahuan sehingga dukungan sumber daya alam menjadi berkurang
(Latham 2001). Selain itu, teknologi komunikasi dan informasi berperan dominan
mendukung aktivitas bisnis dan perdagangan global.
Dengan demikian, peran PT menjadi penting sebagai basis produksi,
diseminasi, dan aplikasi ilmu pengetahuan serta inovasi teknologi. PT berperan
strategis dalam konteks pembangunan kapasitas dan peningkatan keahlian,
kompetensi profesional, dan kemahiran teknikal.
Bangsa yang mempunyai banyak manusia terdidik, berpengetahuan, dan
menguasai teknologi pasti memiliki daya saing kuat dalam kompetisi ekonomi
global. Daya saing nasional amat ditentukan oleh kemampuan bangsa bersangkutan
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, melakukan inovasi teknologi, dan
mendorong program riset dan pengembangan untuk melahirkan berbagai penemuan
baru.
Simak ungkapan Anthony Giddens dalam The Global Third Way Debate (2002),
”kemakmuran ekonomi jangka panjang suatu bangsa berkaitan dengan kemampuannya
dalam kapasitas inovasi, pendidikan, dan riset (seperti yang ditunjukkan oleh
Jepang, China, dan Korea Selatan)”.
Produktivitas nasional
Untuk itu, hubungan segi tiga antara ilmu pengetahuan, dunia industri,
dan universitas (triple helix of knowledge-industry-university) menjadi tak
terelakkan. Selain menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan inovasi
teknologi, PT menyediakan tenaga profesional yang diperlukan dunia industri. PT
juga dapat melakukan kegiatan litbang yang memberi manfaat bagi perkembangan
industri dan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan dunia industri dapat mengalokasikan
dana untuk menopang kegiatan litbang di universitas. Sangat jelas, dinamika
hubungan segi tiga ini akan memberi sumbangan besar pada peningkatan
produktivitas nasional.
Dalam konteks demikian, dukungan finansial pemerintah amat vital guna
mengembangkan PT menjadi institusi yang kuat. Ada empat pertimbangan sosial
ekonomi yang penting dicatat.
Pertama, investasi untuk pendidikan tinggi akan melahirkan manfaat
eksternal jangka panjang yang menjadi faktor krusial pembangunan ekonomi yang
bertumpu pada ilmu pengetahuan. Kedua, investasi untuk pendidikan tinggi
memberi manfaat sosial politik karena akan melahirkan lapisan masyarakat
terpelajar, yang dapat memperkuat kohesi sosial dan memantapkan dasar-dasar
demokrasi. Ketiga, pendidikan tinggi memainkan peran kunci dalam menopang
pendidikan dasar dan menengah, sekaligus menyokong economic externalities kedua
jenjang pendidikan itu. Keempat, pengembangan teknologi dan kegiatan penelitian
dasar dan terapan oleh PT akan membawa keuntungan jangka panjang guna mencapai
keunggulan bangsa.
Karena itu, tugas utama pemerintah adalah mengembangkan PT bermutu dan
unggul sehingga mampu memasok tenaga-tenaga ahli yang diperlukan di berbagai
bidang kehidupan. Untuk itu, investasi dalam pengembangan PT harus difokuskan

  1. pada pembangunan sarana-prasarana dan penyediaan fasilitas pendidikan: laboratorium (peralatan) dan perpustakaan (buku, jurnal);
  2. penguatanstruktur kelembagaan termasuk penataan institusi litbang;
  3. peningkatankualitas program akademik;
  4. peningkatan mutu akademisi (dosen, peneliti);
  5. pemantapan landasan keilmuan; dan
  6. pengembangan kerja sama PT dengan

dunia industri.
Keenam hal itu penting diperhatikan agar para akademisi dapat lebih
optimal mengemban tugas-tugas akademik, mendalami bidang keilmuan yang menjadi
minatnya, dan melakukan riset-riset ilmiah yang berorientasi pengembangan
iptek. Tanpa dukungan fasilitas memadai, mereka akan tergoda untuk berdiaspora
ke negara-negara maju, baik di Asia, Australia, Eropa, maupun Amerika. Sebab,
di negara-negara itu mereka menemukan lingkungan akademik yang kondusif guna
menekuni profesi sebagai akademisi dan peneliti.
Amich Alhumami Peneliti Sosial, Department of Social Anthropology,
University of Sussex, United Kingdom
Aam Sumber (www.kompas.com)


1 komentar: